Monday, November 23, 2015

Keesokan paginya, karena Jung Hwan, Sun Woo, dan Dong Ryong melapor pada orangtua mereka bahwa mereka akan pulang malam, mereka diberi tambahan bekal. Saat istirahat makan siang seperti biasa tiga sekawan itu makan bersama, kali ini sambil mendiskusikan strategi untuk bisa masuk ke dalam bioskop dewasa. Dan rupanya Dong Ryong sudah punya penyelesaiannya, yaitu dengan memakai baju tentara sehingga mereka akan dikira sebagai tentara yang sedang bebas tugas. Dan benar saja, mereka akhirnya berhasil masuk ke dalam bioskop.


Namun malang, kelakuan mereka sepertinya memang tidak direstui. Mereka bertiga ketahuan oleh dekan sekolah mereka yang rupanya adalah ayahnya Dong Ryong. Lebih apesnya lagi ternyata senior menyebalkan “Si Anjing Kampung Gila” juga sama-sama tertangkap. Dan lebih parahnya lagi, Bapak Dekan mengatakan bahwa karena Sun Woo lah, mereka semua diampuni. Jadi tak heran, kalau kakak kelasnya itu menjadi emosi dan memanggil Sun Woo untuk “berbincang sebentar” setelah Bapak Dekan pergi.


Sun Woo, Jung Hwan, dan Dong Ryong pun dilabrak oleh “Si Anjing Kampung Gila”. Seperti kemarin, ia juga membentak Sun Woo untuk mencopot kalungnya. Karena Sun Woo hanya diam saja, akhirnya ia menarik paksa kalung tersebut hingga terlepas. Dong Ryong yang penakut bahkan sampai kelepasan bicara bahwa itu adalah kalung pemberian dari mendiang ayah Sun Woo. Namun memang dasar kakak kelas ini sudah emosi, dia tak peduli dan justru malah tambah memanas-manasi Sun Woo dengan menanyakan apakah dia merasa bangga tidak punya ayah. Tiba-tiba saja melesatlah sebuah pukulan menghantam “Si Anjing Kampung Gila” hingga terhempas jatuh ke tanah. Rupanya itu adalah Jung Hwan yang sudah tidak tahan dengan perlakuan kakak kelasnya pada Sun Woo. Ia memperingatkan seniornya itu untuk menjaga bicaranya. Sun Woo dan Dong Ryong sampai terkejut melihat reaksi Jung Hwan tersebut.


Kemudian kamera kembali fokus ke keluarga Duk Seon. Di rumah nenek Duk Seon sudah sepi, tak ada lagi tamu. Hanya tinggal ayahnya yang duduk sendirian termangu. Duk Seon pun menghampiri ayahnya menyuruhnya untuk tidur tapi sambil tersenyum ayahnya menjawab bahwa ia baik-baik saja. Tiba-tiba dari pintu depan, tampak pamannya yang dari Amerika datang. Dengan ekspresi sedih dia memanggil nama ayah Duk Sun. Sambil melangkah mendekat, ia memeluk adiknya itu dan pecahlah tangis mereka berdua. Tak lama, datanglah kedua bibi Duk Seon, ikut memeluk erat kedua saudaranya itu. Akhirnya mereka berempat menangis keras menumpahkan segala kesedihan yang selama ini dipendam. Saat itulah Duk Seon menyadari, kalau orang dewasa itu bukannya tidak merasa sedih, melainkan hanya memendam kesedihan mereka. Bahwa orang dewasa sibuk bersikap dewasa dan tegar karena tekanan yang datang bersama usia mereka.


Sementara itu, Jung Hwan, Sun Woo, dan Dong Ryong berjalan pulang ke rumah. Wajah Jung Hwan tampak babak belur. Sepertinya habis dihajar “Si Anjing Kampung Gila”. Jung Hwan kemudian bertanya pada Sun Woo bagaimana dengan kalungnya, yang dibalas Sun Woo kalau dia tinggal tak usah memakainya saja. Sun Woo lalu balik bertanya pada Jung Hwan bagaimana dengan wajahnya, yang direspon Jung Hwan singkat untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri saja.


Setibanya Sun Woo di rumah, ia baru ingat kalau belum memakan tambahan bekal dari ibunya karena tadi ditraktir Hamburger oleh Jung Hwan. Akhirnya dia menepi ke pojok depan rumahnya dan memakan bekal ibunya di atas tangga di luar sebelum masuk ke rumah. Membuat hati ibunya senang melihat bekalnya yang habis dimakan.


Di saat yang sama, ayah Duk Seon yang sedang dalam perjalanan pulang sehabis pergi membeli bohlam lampu berpapasan dengan Taek yang sedang menuju rumahnya. Dia pun mengajak Taek untuk menjadi teman minumnya. Sambil duduk di atas bale-bale, mereka bercakap-cakap. Ayah Duk Seon mengatakan bahwa Taek sudah besar dan sudah dewasa sekarang. Kemudian Taek membahas tentang nenek Duk Seon yang meninggal dan menyampaikan rasa bela sungkawanya pada ayah Duk Seon. Dia juga minta maaf karena tak bisa datang ke pemakaman. Lalu Ayah Duk Seon menanyakan Taek kapan dia merindukan ibunya. Mendengar itu, Taek tiba-tiba memasang raut muka sedih dan sambil menitikkan air mata, dia menjawab bahwa dia merindukan ibunya setiap hari. Ayah Duk Seon pun mengelus kepala Taek untuk menghiburnya :)


Sesampainya Taek di rumah ia masih merasa bersedih. Namun, ketika ia membuka pintu kamarnya, keempat temannya sudah berada di dalam menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sesudah meniup lilin dan memberikan kado, suasana di kamar Taek langsung gaduh. Duk Seon heboh memaksa Taek memotong kue. Sun Woo menyalakan televisi dengan volume besar. Jung Hwan dan Dong Ryong menagih miras yang sudah mereka pesan pada Taek sementara Duk Seon berteriak “IBU!” untuk mengadukan mereka.


Kemudian adegan berpindah menunjukkan foto-foto ketika lima sekawan itu masih kecil. Tepatnya ketika Taek baru pindah ke gang mereka. Duk Seon menarasikan bagaimana empat bocah gaduh dan usil bisa bersahabat dengan satu bocah pendiam itu. Juga, bagaimana wajah Taek selalu tanpa eskpresi namun selalu ada di setiap momen bersama mereka. Dan bagaimana mereka yang tadinya berempat akhirnya jadi berlima. Suatu kisah yang manis dan menghangatkan hati :)


Fokus kamera pun menyorot kembali ke tahun 1988. Menampakkan empat pria yang teler sehabis meminum miras yang dibawakan Taek tersebut. Duk Seon yang mengejek keempat temannya sebagai peminum ringan, ditantang Jung Hwan untuk mencoba minuman tersebut. Karena penasaran, dia pun menuangkan isi minuman itu ke dalam gelas, dan menenggaknya. Namun eskpresi wajah Duk Seon langsung berubah. Lehernya terasa panas dan ia langsung berlari keluar kamar Taek, sementara keempat temannya masih berbaring teler. 


Setelah Duk Seon pergi, Dong Ryong membahas topik siapa saja gadis cantik di sekitar mereka. Lucunya, tiap kali Dong Ryong menyebutkan seorang gadis, Sun Woo dan Jung Hwan pun pasti tahu siapa orangnya dan juga menganggap gadis-gadis tersebut cantik. Hingga Dong Ryong tiba-tiba menyebut nama Duk Seon, mengatakan bahwa temannya itu juga tampak manis belakangan ini. Sun Woo setuju dengan mengatakan bahwa Duk Seon memang sedikit manis, Taek hanya mengangguk sambil tersenyum, sementara Jung Hwan langsung mengangkat badannya dan mengatakan bahwa ketiga temannya sudah tidak waras dan bahwa mereka semua mabuk XD


Sementara itu, Duk Seon yang dibicarakan, sedang bersiap untuk tidur. Dia memergoki kakaknya membaca buku hariannya, namun kakaknya bersikeras tak mau mengaku. Sampai akhirnya saat waktu tidur, kakaknya dengan usil melafalkan isi dari buku harian Duk Seon, dan mereka pun bertengkar.


Akhirnya adegan berpindah ke masa sekarang, memperlihatkan Duk Seon dan suaminya yang sedang duduk di sofa. Duk Seon menuduh suaminya telah membaca buku hariannya, namun suaminya tetap tidak mengaku. Tiba-tiba suaminya menanyakan siapa yang dulu Duk Seon pernah berikan cokelat (yang mengartikan bahwa dia telah membaca buku harian Duk Seon). Duk Seon memukulnya, lalu kemudian menjawab bahwa dialah yang telah Duk Seon berikan cokelat. Namun suaminya bersikeras bahwa itu bukanlah dirinya. Duk Seon pun merasa bingung karena dia yakin itu adalah suaminya. Akhirnya suaminya meninggalkan dia untuk pergi merokok di luar. Setelah suaminya pergi, Duk Seon berkata pada si pewawancara bahwa dia benar memberikan cokelat itu pada suaminya dan karena sudah 30 tahun berlalu, suaminya pasti lupa, padahal suaminya dulu begitu pintar.


Kamera pun menyorot kembali ke hari perayaan kemenangan Taek. Rupanya saat Deok Seon meminta sosis dari dari Jin Joo dia meletakkan cokelat ke dalam salah satu tas teman cowoknya. Dan tas itu ternyata adalah milik… Sun Woo.


KOMENTAR:

Episode 2 ini merupakan sebuah karya yang indah dari penulis dan sutradara Reply 1988. Satu kalimat judul episode yang simpel “Satu Hal yang Kau Salah Kira Dariku” ditanamkan ke masing-masing kisah dari berbagai sudut pandang.

Pertama, kisah Jung Hwan yang cuek dan seakan tidak memihak pada temannya ternyata justru malah yang paling membela temannya. Lalu Ayahnya Duk Seon yang terlihat tegar dan mengumbar senyum meskipun ibunya meninggal, ternyata begitu sedih dan terluka atas kematian ibunya. Bo Ra yang selama ini diperlihatkan sebagai tukang marah-marah ternyata merupakan kakak yang peduli pada adik-adiknya. Diceritakan juga bagaimana Sun Woo yang selalu menghabiskan masakan ibunya meskipun tidak enak. Belum lagi Taek yang semua orang selalu anggap dewasa, ternyata menyimpan rasa duka di hatinya akan kerinduan pada ibunya. Dan mungkin ada lagi kisah lainnya yang terlewatkan, tapi itulah yang sejauh ini Unnie Mimin tangkap.

Unnie Mimin juga suka bagaimana penulis dan sutradara menggambarkan persahabatan mereka lewat beberapa foto, menampakkan kenakalan dan keisengan mereka hingga bersahabat sampai sekarang. Selain itu akting Hye Ri dan Dong Il yang menangis benar-benar membuat hati Unnie Mimin terenyuh. Ditambah lagi mata berkaca-kaca Taek saat mengenang ibunya. Yang jelas banyak sekali tisu yang Unnie Mimin pakai di episode kali ini, hix.

Baiklah, kita hentikan sedih-sedihnya, dan mari kita bahas para kandidat suami XD. Di episode 1 Unnie Mimin bilang kalau Unnie Mimin memihak Sun Woo, tapi di episode 2 ini, entah kenapa pesona Jung Hwan menarik Unnie Mimin, hahaha. Mungkin memang karena Unnie Mimin lemah terhadap daya tarik bad boy kali ya… Yang jelas, ketika dia membela Sun Woo, menonjok senior yang menyebalkan itu, Unnie Mimin langsung terpesona XD. Belum lagi habis itu, dia cuek saja seperti tak terjadi apa-apa. Dan setelah Unnie Mimin lihat, bickering antara Duk Seon dan dirinya benar-benar menggemaskan, hahaha. Chemistry mereka oke banget! Tapi walaupun sekarang sudah memihak ke Jung Hwan, sejujurnya siapapun yang Duk Seon pilih, Unnie Mimin senang-senang saja. Mereka semua such fine guys! XD

Oh, terus mengenai Duk Seon dan sang suami yang membahas masalah cokelat di masa kini, sungguh benar-benar mengarahkan bahwa Jung Hwan adalah si suami, bukan? Meskipun Duk Seon bersikeras bahwa dia telah memberikan cokelat pada suaminya, ingatan Duk Seon tidak terlalu bisa dipercaya, hahaha. Jadi untuk sekarang, Unnie Mimin beranggapan bahwa Jung Hwan yang tak menerima cokelatnya adalah si suami. Well, we’ll see about that. Anyway for now, TIM JUNG HWAN!! XD

-Unnie Mimin ihate0ni0ns

| 1 | 2 | 3 |

0 comments:

Post a Comment