Friday, November 20, 2015

Ketika Sun Woo pulang, dia berpapasan dengan para ibu-ibu yang sedang duduk di bale-bale. Ibunya melihat ada luka pada dagu Sun Woo dan merasa khawatir. Namun, Sun Woo hanya menepis saja rasa kekhawatiran ibunya itu, dan pulang ke rumah. Tak lama kemudian, Dong Ryong dan Jung Hwan pun pulang dan berpapasan dengan para ibu itu juga. Dong Ryong memberi salam namun Jung Hwan hanya menganggukkan kepalanya saja pada ibunya yang menyambutnya dengan ceria dan langsung menuju rumah.


Sementara itu Duk Seon yang pulang sehabis berlatih menjadi picket girl memergoki ayahnya membelikan adiknya es krim. Dia pun menuntut untuk dibelikan es krim juga, meski akhirnya es krim yang dibelikan adalah yang besar untuk dimakan bersama keluarga.


Malam pun akhirnya tiba. Duk Seon tampak sedang berlatih membawa papan mengenakan hanbok berwarna putih. Tiba-tiba berturut-turut, datang Jung Hwan, Sun Woo, dan Dong Ryong melihatnya. Ketiga pria itu pun sama-sama menampakkan reaksi kaget mengira Duk Seon adalah hantu XD


Duk Seon yang awalnya mengharapkan pujian dari mereka malah mendapat ledekan dan dijatuhi semangatnya.


Hari demi hari pun berlalu, semakin mendekati hari Olimpiade. Diperlihatkan gambaran Duk Seon yang semakin giat berlatih, Sun Woo yang tampak selalu ramah pada para ibu-ibu dan terlihat begitu berbakti, dan Jung Hwan yang selalu cuek terhadap ibunya.

Suatu hari ketika para ibu sedang membicarakan kado apa yang sebaiknya dibelikan untuk anak-anak mereka, ibunya Jung Hwan tak sengaja mengetahui fakta bahwa Jung Hwan pernah dipalak dan diambil sepatunya. Ibunya Jung Hwan pun tampak sedih dan terpukul ketika melihat anak laki-lakinya itu pulang. 


Di rumah, saat menunggu ayah Jung Hwan pulang, ibunya berusaha menanyakan Jung Hwan apakah ada sesuatu yang terjadi padanya. Tapi dia hanya menjawab bahwa tak terjadi apa-apa.

Selanjutnya diperlihatkan adegan ayah Jung Hwan yang melihat Duk Seon sedang berlatih. Ia pun menghampiri Duk Seon sambil memberikan salam unik yang direspon Duk Seon dengan sama uniknya. Setelah itu dia memberikan Duk Seon satu porsi ayam dan menyuruh Duk Seon untuk memakannya sendirian saja, tapi Duk Seon yang baik hati akhirnya tetap memakan ayam tersebut bersama keluarganya meskipun ibunya memberikan kedua paha ayam pada kedua saudaranya (di Korea, paha ayam dianggap merupakan bagian yang paling enak dari ayam).


Keesokkan paginya, Duk Seon mendapat giliran wawancara sebagai picket girl untuk negara Madagaskar. Namun, saat diwawancara dia baru saja mengetahui bahwa Madagaskar tak lagi menjadi kontingen Olimpiade karena diduga memiliki maksud politik lain. Duk Seon pun tampak sangat terkejut dan tak bisa menahan air matanya ketika ia diwawancara…


Saat malam tiba, ibu Sun Woo memanggil anak laki-lakinya itu untuk menyuruhnya membeli minyak namun dia tidak ada di rumah. Rasa kekhawatirannya selama ini pada Sun Woo yang selalu ditepis anaknya itu pun, lama-kelamaan berubah menjadi rasa curiga. Akhirnya ibunya masuk ke kamar Sun Woo dan begitu terkejut ketika ia menemukan sebungkus rokok di bawah kolong meja belajarnya.


Kemudian cerita beralih fokus ke keluarga Duk Seon. Malam itu mereka sekeluarga merayakan ulang tahun Bo Ra. Seusai Bo Ra meniup lilin, lilin pun dinyalakan lagi dan mereka sekeluarga kembali menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang ditujukan untuk Duk Seon. Namun belum sempat mereka memulainya, Duk Seon sudah terlebih dulu menumpahkan kekesalannya yang sudah memuncak. Dia protes kenapa ulang tahunnya disatukan dengan Bo Ra setiap tahunnya, kenapa dia tidak diberikan telur goreng meskipun dia sangat menyukainya, kenapa dia tidak dibelikan es krim oleh ayahnya, kenapa dia tidak diberikan paha ayam oleh ibunya dan kenapa dia diberi nama Duk Seon.


Setelah Duk Seon pergi dengan kesal keluar rumah. Fakta mengenai batalnya Madagaskar ikut Olimpiade muncul di siaran berita. Keluarganya pun akhirnya menyadari bahwa Duk Seon sedang bersedih dan sensitif karena masalah itu.

Sementara itu, ibu Sun Woo akhirnya mengkonfrontasi anak laki-lakinya itu mengenai rokok yang dia temukan. Namun, Sun Woo bersikeras bahwa itu bukan miliknya. 


Ibunya lalu membahas mengenai luka di dagu Sun Woo yang ia duga akibat berkelahi, yang akhirnya dijawab Sun Woo bahwa luka tersebut ia dapat saat sedang bercukur. Kesalahpahaman antara ibu dan anak itu pun selesai dengan ibu Sun Woo yang menangis dalam pelukan Sun Woo (awwee…..<3)


yang kemudian dilanjutkan ke adegan mengharukan Sun Woo, ibunya, serta adiknya melangsungkan ritual peringatan kematian ayah Sun Woo…


Akhirnya tanggal 17 September 1988 pun datang, hari Olimpiade Seoul. Semua keluarga bersemangat untuk menonton Duk Seon sebagai picket girl. Sebentar… bukannya dia batal menjadi picket girl secara Madagaskar sudah bukan kontingen lagi? Ya dan benar. Ya, Madagaskar memang tidak lagi menjadi kontingen. Tidak, Duk Seon tidak batal menjadi picket girl karena dia menggantikan gadis lain yang dipecat, sebagai picket girl untuk negara Uganda.

Semua keluarga di gang memberikan reaksi yang berbeda-beda saat menonton Duk Seon di televisi. Di keluarga Duk Seon, ayah dan adiknya terharu bahagia sedangkan ibunya tertawa sambil sesekali menerima telepon dari kerabat dan tetangga yang memuji Duk Seon. Bahkan kakaknya, Bo Ra, yang gengsi untuk menonton, merapatkan telinganya ke pintu berusaha mendengar siaran TV.


Keluarga Sun Woo pun ikut bergembira dan takjub melihat Suk Dun muncul di TV. Sementara, Unnie Mimin malah takjub sama senyum Sun Woo (modus XD, hahahaha).


Semua keluarga Jung Hwan pun turut senang melihat Duk Seon, bahkan ayah Jung Hwan sampai heboh sendiri berlari kesana-kemari. Hanya Jung Hwan yang justru terlihat cool duduk melipat tangan, meski sekilas dia tampak menyunggingkan senyumnya.



| 1 | 2 | 3 |

0 comments:

Post a Comment